AIRSPACE REVIEW – Mantan Presiden Rusia yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, mengatakan beberapa negara siap menyediakan hulu ledak nuklir bagi Iran setelah AS melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir Iran.
Medvedev mengatakan hal itu melalui akunnya di X.
“Pengayaan material nuklir — dan, sekarang kita dapat mengatakannya secara langsung, produksi senjata nuklir di masa mendatang — akan terus berlanjut,” tulis Medvedev pada hari Minggu.
“Sejumlah negara siap untuk memasok hulu ledak nuklir mereka sendiri secara langsung kepada Iran,” tambah dia.
Ia juga menuliskan dalam utasnya bahwa Presiden Donald Trump yang pernah dipuji sebagai ‘presiden perdamaian’ kini telah mendorong AS ke dalam perang lainnya.
Medvedev tidak menyebutkan negara-negara tertentu yang mungkin akan ikut serta dan mendukung Iran. Namun, Rusia secara historis telah mendukung program nuklir Iran.
Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah menawarkan diri untuk menjadi penengah perundingan damai antara Iran dan Israel pada hari Rabu.
Moskow menawarkan diri untuk campur tangan dan membantu merundingkan kesepakatan nuklir antara AS dan Iran.
Rusia terlibat dalam kesepakatan Iran tahun 2015, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama.
Perjanjian tersebut mencabut sanksi terhadap Iran dengan imbalan pembatasan program nuklir Iran, tetapi Trump menarik diri dari kesepakatan tersebut pada tahun 2018.
Komentar Medvedev muncul setelah AS melancarkan serangan Sabtu malam yang menargetkan fasilitas nuklir utama Iran, yaitu Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Misi tersebut melibatkan lebih dari 125 pesawat AS, termasuk pengebom siluman B-2 Spirit yang membawa bom GBU-57A/B MOP, menurut Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Dan Caine.
Trump telah mengatakan selama berhari-hari bahwa ia sedang mempertimbangkan apakah ia akan melakukan serangan terhadap lokasi-lokasi tersebut.
Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri sejauh ini belum menanggapi pernyataan Medvedev.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia mengklaim serangan tersebut melanggar hukum internasional dan menyerukan diakhirinya agresi.
“Keputusan yang tidak bertanggung jawab untuk menjadikan wilayah negara berdaulat sebagai sasaran serangan rudal dan bom, apa pun argumen yang diajukan, secara mencolok melanggar hukum internasional, Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu.
Sebelum serangan tersebut, Iran memperingatkan bahwa AS akan menderita jika memilih untuk terlibat dalam konflik tersebut.
Sebelumnya, Iran telah melancarkan serangan balasan terhadap pangkalan-pangkalan pasukan AS ditempatkan setelah AS membunuh seorang jenderal tinggi Iran pada tahun 2020.
Menteri Pertahanan Pete Hegseth mengatakan kepada wartawan pada hari Minggu bahwa AS akan bekerja sama dengan sekutu di kawasan tersebut untuk membantu perlindungan pasukan setelah serangan tersebut.
“Kami tentu memahami tantangan yang dihadapi sekutu di kawasan tersebut,” kata Hegseth. “Dan, kami telah menghormati dan bekerja sama dengan mereka terkait dengan pangkalan dan kepekaan di sana,” ujarnya dikutip Fox News. (RNS)

