AIRSPACE REVIEW – Israel telah secara resmi mendesak Amerika Serikat untuk menggunakan bom penghancur bunker GBU-57A/B guna menghancurkan fasilitas nuklir Fordow milik Iran, menurut laporan CNN.
Bom seberat 30.000 pon (13.600 kg) itu hanya dapat diluncurkan oleh pengebom siluman B-2 Spirit saat ini, yang notabene hanya dimiliki oleh Angkatan Udara AS (USAF).
Massive Ordnance Penetrator (MOP) GBU-57A/B belum digunakan secara operasional oleh USAF dan baru sebatas pengujian saja.
Bom ini dirancang untuk menjangkau dan menghancurkan senjata pemusnah massal milik musuh yang terletak di fasilitas bawah tanah yang dalam.
Bom GBU-57A/B memiliki cangkang yang sangat tebal dan dilengkapi 6.000 pon (2.721 kg) bahan peledak tinggi.
Cangkang bom yang tebal tersebut berguna agar bom tidak mudah meledak saat berbenturan dengan tanah dan baru akan meledak setelah menembus kedalaman yang ingin dicapai.
Pabrik Pengayaan Bahan Bakar Fordow milik Iran, yang diklaim AS dan Israel sebagai fasilitas pengembangan nuklir militer Iran, sejauh ini belum diketahui secara jelas kedalamannya.
Media menyebut fasilitas nuklir Iran tersebut berada pada kedalaman 80 hingga 90 m di bawah tanah.
Sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Inggris, Royal United Services Institute, mengatakan bom MOP mungkin tidak akan dapat menembus Fordow karena terlalu dalam.
GBU-57A/B disebut hanya mampu menembus kedalaman tanah hingga 60 m.
Kebutuhan akan bom MOP berdaya ledak tinggi dan menembus kedalaman tanah bagi AS pertama kali muncul pada tahun 2004 di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang senjata pemusnah massal.
Sebelumnya pada 2002 Northrop Grumman dan Lockheed Martin telah mencoba mengembangkan senjata penembus tanah seberat 30.000 pon, tetapi menghentikan upaya tersebut di tengah kesulitan pendanaan dan teknis.
MOP dikembangkan oleh Direktorat Amunisi Laboratorium Penelitian Angkatan Udara di Pangkalan Angkatan Udara Eglin dengan desain dan pengujian oleh Boeing.
Pada tahun 2009 Boeing memenangkan kontrak untuk mengintegrasikan sistem persenjataan tersebut dengan pesawat AS.
B-2 Spirit, yang dibuat oleh Nortrop Grumman, adalah satu-satunya pesawat yang mampu menggunakan bom tersebut secara operasional saat ini.
Namun pada saat pengujiannya, bom dengan panjang 6,2 m dan diameter 0,8 m ini pernah juga diuji coba menggunakan pengebom B-52 Stratofortress.
AS menggunakan pesawat pengebom B-2 pada tahun 2024 untuk menyerang Houthi yang didukung Iran di Yaman untuk menarget fasilitas penyimpanan senjata bawah tanah, namun kemungkinan besar bukan bom GBU-57A/B yang digunakan.
B-2 dapat terbang sekitar 6.000 mil laut tanpa harus mengisi ulang bahan bakar.
Kemampuan silumannya memungkinkannya untuk menembus pertahanan musuh yang paling canggih dan mengancam targetnya yang paling berharga dan dijaga ketat. (RNS)