AIRSPACE REVIEW – Amerika Serikat membantu mempertahankan Israel dari gempuran rudal Iran yang ditembakkan pada hari Jumat, sehari setelah Tel Aviv melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap pemimpin militer dan fasilitas nuklir Iran.
Seorang pejabat pertahanan AS yang tidak disebutkan namanya kepada media militer AS membenarkan hal itu, namun ia tidak menolak merinci sistem persenjataan apa yang dikerahkan AS guna membantu Israel tersebut.
Sebelumnya, Komando Eropa AS telah mengerahkan dua kapal perusak ke Laut Mediterania timur menjelang serangan Iran terhadap Israel.
Presiden AS Donald Trump mendesak Iran untuk terus melakukan negosiasi, beberapa jam sebelum serangan balasan.
Namun, Trump menegaskan bahwa program nukli Iran tidak dapat diterima oleh Washington.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara dengan Trump melalui telepon pada Jumat, kata Gedung Putih.
Sementara itu, Associated Press memberitakan, sistem pertahanan udara Amerika dan kapal perusak Angkatan Laut AS membantu Israel menghancurkan rudal-rudal balistik yang diluncurkan Iran pada hari Jumat.
AS memiliki sistem pertahanan rudal Patriot berbasis darat dan sistem pertahanan udara Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) yang mampu mencegat rudal balistik Iran.
Amerika Serikat mengalihkan sumber daya militer, termasuk kapal, di Timur Tengah sebagai respons atas serangan Iran tersebut.
Angkatan Laut AS mengerahkan sejumlah kapal perusaknya, termasuk USS Thomas Hudner (DDG-116) yang berlayar dari Laut Mediterania barat menuju Mediterania timur.
USS Thomas Hudner adalah kapal perusak kelas Arleigh Burke yang canggih. Kapal ini dilengkapi dengan sistem pertahanan udara dan rudal yang ditingkatkan dari seri Flight III generasi berikutnya.
Kemudian Aegis Baseline 9 dengan Pertahanan Udara dan Rudal Terpadu, BMD 5.0, serta Kontrol Penembakan Terpadu Angkatan Laut.
Juga dilengkapi VLS Mk 41 96 sel untuk meluncurkan rudal SM-2, SM-3, SM-6, ESSM, dan Tomahawk.
Selain kapal perang, AS juga mengerahkan jet-jet tempurnya untuk berpatroli di langit Timur Tengah guna melindungi personel dan instalasi, sertapangkalan udara Israel. (RNS)