AIRSPACE REVIEW – Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA) menyatakan, sepuluh tahun ke depan Rusia akan memiliki sedikitnya 5.000 rudal jelajah dan 1.000 rudal hipersonik. Persediaan rudal yang masif tersebut menimbulkan potensi ancaman yang besar bagi negara lain, termasuk Amerika Serikat.
Timbulnya potensi ancaman serangan rudal dari Rusia, telah mendorong AS untuk membangun sistem pertahanan udara berlapis yang disebut “Golden Dome” atau Kubah Emas senilai 542 miliar dolar AS (USD).
Dirilis pada13 Mei 2025, analisis berjudul “Golden Dome untuk Amerika: Ancaman Rudal Saat Ini dan Masa Depan terhadap Tanah Air AS” menyoroti persenjataan Rusia, China, Korea Utara, dan Iran yang terus berkembang.
Secara lebih khusus lagi, analisis tersebut menyoroti tumbuhnya rudal jelajah dan rudal hipersonik Rusia.
Analisis tersebut bertujuan untuk meyakinkan Kongres AS agar mendanai inisiatif pertahanan berbasis ruang angkasa yang mahal.
Rilisan tersebut muncul di tengah perdebatan sengit mengenai anggaran pertahanan dan meningkatnya ketegangan geopolitik, yang menimbulkan pertanyaan tentang apakah data tersebut berfungsi sebagai sinyal strategis bagi musuh atau dorongan untuk dukungan politik dalam negeri.
Rusia saat ini memiliki sekitar 300 hingga 600 rudal jelajah jarak jauh, termasuk Kh-101 yang diluncurkan dari udara, R-500 Iskander, dan Kalibr yang diluncurkan dari laut.
Sistem ini telah menjadi andalan kampanye Rusia menetralisir infrastruktur Ukraina. Rusia kerap meluncurkan rudal Kh-101 dan Kalibr, masing-masing dari pesawat dan kapal perang untuk menyerang target jauh di belakang garis depan.
Sementara itu, persenjataan hipersonik Rusia yang diperkirakan berjumlah 200 hingga 300 unit, meliputi Kh-47M2 Kinzhal, Zircon, dan Avangard. Rudal-rudal ini dirancang untuk menghindari pertahanan tradisional dengan kecepatan dan kemampuan manuvernya.
Rudal jelajah siluman Kh-101 memiliki jangkauan hingga 5.500 km. Rudal ini dikerahkan dari pembom strategis Tu-95 dan Tu-160, yang membawa hulu ledak konvensional atau nuklir.
Di Ukraina, Kh-101 telah digunakan Rusia secara luas sejak 2022 dalam menarget pembangkit listrik dan fasilitas militer .
Rudal Kalibr yang diluncurkan dari laut, memiliki jangkauan 2.500 km. Rudal ini dapat ditembakan dari berbagai jenis kapal perang termasuk korvet, fregat, dan kapal selam.
Penggunaannya yang luas di Ukraina, termasuk serangan terhadap Kyiv dan Odesa, telah menunjukkan keunggulan Rusia dalam melakukan serangan jarak jauh.
Rudal balistik R-500, varian dari sistem Iskander-M, dengan jangkauan 500 km turut digunakan Rusia dalam serangan terhadap wilayah Ukraina.
Di antara senjata hipersonik Rusia, Kh-47M2 Kinzhal merupakan salah satu yang sangat ditakuti. Rudal ini diluncurkan dari jet tempur MiG-31K yang telah dimodifikasi.
Rudal Kinzhal memiliki kecepatan Mach 10 dan memiliki jangkauan 2.000 km. Sementara Zircon, rudal hipersonik yang diluncurkan dari laut, memiliki jangkauan 1.000 km dan dirancang untuk peran antikapal dan serangan darat.
Kemudian Avangard, adalah kendaraan luncur hipersonik yang dipasang pada rudal balistik antarbenua (ICBM), adalah senjata strategis dengan jangkauan melebihi 6.000 km.
Rudal ini mampu membawa hulu ledak nuklir dan dirancang untuk menghindari pertahanan rudal AS dengan bermanuver di ketinggian 40 hingga 100 km. (RNS)