AIRSPACE REVIEW – Perusahaan pertahanan Rusia, Fakel Machine-Building Design Bureau, dikabarkan telah mengembangkan rudal baru terutama untuk menghadapi UAV berdimensi kecil.
Pengembangan rudal antidrone ini mengambil pelajaran dari Perang Rusia-Ukraina di mana penggunaan drone kamikaze berbasis wahana FPV semakin meningkat.
Saat ini sistem pertahanan udara militer Rusia menghadapi keterbatasan yang signifikan ketika menangani proliferasi UAV kecil dan murah tersebut.
Menggunakan rudal jarak dekat seperti MANPADS yang harganya tinggi untuk menembak jatuh drone intai/kamikaze kecil sangat tidak efektif dan menguras biaya besar.
Menyadari ketidakseimbangan ini, Fakel mulai mengembangkan rudal antidrone hemat biaya serta mudah disebarkan dan dioperasikan.
Sistem ini memiliki tiang kecil berbentuk X yang masing-masing dibekali pendorong elektrik dan mengusung sistem navigasi inersia yang dikombinasikan dengan kepala pelacak optoelektronik.
Hal ini memungkinkan profil peluncuran rudal yang fleksibel, baik vertikal maupun miring dan koreksi tengah lintasan yang tepat berdasarkan pergerakan target.
Konstruksi rudal yang sangat ringan, kisaran 20 hingga 35 kali lebih ringan daripada rudal jarak pendek saat ini, membuatnya ideal untuk penyebaran taktis.
Dengan kemampuan untuk mengemas 3-5 peluncur ke dalam muatan standar seberat 10 kg, cukup memudahkan seorang prajurit untuk membawanya.
Selain itu, biaya produksi rudal antidrone ini diperkirakan sekitar 20–25 kali lebih rendah daripada biaya sistem pencegat yang ada di gudang senjata Rusia. (RBS)

