AIRSPACE REVIEW – Angkatan Laut AS (US Navy) secara resmi telah mengumumkan Kemampuan Operasional Awal (IOC) untuk sistem Pencarian dan Pelacakan Inframerah (IRST) Blok II, sensor pasif generasi berikutnya yang dikembangkan oleh Lockheed Martin untuk F/A-18E/F Super Hornet.
Tonggak sejarah ini telah dicapai pada November 2024 dan membuat kemampuan armada Super Hornet US Navy meningkat dalam mendeteksi dan melacak ancaman udara dari jarak jauh, bahkan di lingkungan peperangan elektronik musuh.
IRST21 merupakan sensor pencarian dan pelacakan inframerah gelombang panjang yang dirancang untuk secara pasif mendeteksi target udara jauh di luar jangkauan visual.
Sistem tersebut meningkatkan waktu reaksi dan kemampuan bertahan hidup dengan memungkinkan penerbang US Navy dapat melacak ancaman musuh tanpa bergantung pada emisi radar.
Pengumuman IOC dilakukan menyusul keberhasilan Uji Operasional dan Evaluasi Awal (IOT&E) yang dilakukan oleh Skadron Uji dan Evaluasi Udara (VX) 9.
Selama setahun terakhir, Kantor Program F/A-18 dan EA-18G (PMA-265) berkolaborasi dengan personel militer, sipil, dan industri dari VX-31 dan VX-23 untuk memanfaatkan kombinasi fasilitas uji operasional dan pengembangan guna memastikan kinerja sistem dalam kondisi dunia nyata.
Laksamana Muda John Lemmon, Pejabat Eksekutif Program, Pesawat Taktis, menggarisbawahi pentingnya IRST21 dalam memberikan kemampuan tempur canggih.
Ia mengatakan sistem inframerah pasif meningkatkan kemampuan bertahan hidup awak, terutama di lingkungan tanpa radar atau lingkungan dengan peperangan elektronik berat, di mana sensor berbasis radar tradisional dapat terganggu.
Kapten Michael Burks, Manajer Program PMA-265, memuji kerja keras dan ketangguhan tim kolaboratif yang terdiri dari profesional pemerintah dan industri karena berhasil membawa IRST21 ke status operasional.
Ia menekankan bahwa sensor tersebut sebagai sistem pelengkap radar pengendali tembakan AN/APG-79, melengkapi deteksi udara ke udara, dan mengarahkan rudal di luar jangkauan visual.
Sistem IRST21 Blok II merupakan penerus evolusioner dari Blok I yang diperkenalkan pada tahun 2011. Sistem ini diintegrasikan pada tangki bahan bakar F/A-18. Pada tahun 2019 US Navy mulai mengoperasikannya selama penyebaran awal.
Blok II dilengkapi sensor yang ditingkatkan, prosesor yang diperbarui, dan perangkat lunak yang disempurnakan, dengan penerapan operasional pertama direncanakan pada tahun 2025.
Keputusan produksi tingkat penuh diharapkan pada musim semi 2025 dan selanjutnya akan melengkapi armada jet tempur Super Hornet US Navy.
Hank Tucker, Wakil Presiden Sistem Misi di Lockheed Martin, mengatakan teknologi deteksi pasif seperti IRST21 mengubah operasi pertempuran udara dengan membuat pilot tetap unggul dalam menghadapi ancaman yang terus berkembang. (RNS)