Industry

China luncurkan bom berpemandu Tiangang, mirip AGM-154 JSOW Amerika Serikat

AIRSPACE REVIEW – Perusahaan pertahanan kenamaan asal China, NORINCO, telah mengembangkan bom luncur berpemandu canggih Tiangang Gliding Extended-Range GPS-Guided.

Secara tampilan dan fungsi, bom Tiangang ini mirip dengan AGM-154 Joint Standoff Weapon (JSOW) buatan Amerika Serikat.

Untuk spesifikasinya, Tiangang memiliki diameter 37,7 cm dan berat lebih dari 500 kg.

Dilengkapi dengan sistem panduan berbasis GPS, bom ini mampu menargetkan berbagai instalasi tetap, termasuk pusat komunikasi, pangkalan militer, lokasi rudal, jembatan, pembangkit listrik, dan fasilitas penyimpanan.

Dari hasil pengujian, bom Tiangang mampu menghancurkan area statis seluas 47 m persegi dan mencapai probabilitas kesalahan melingkar (CEP) kurang dari 15 m.

Diketahui, pengembangan bom luncur Tiangang ini berawal dari seri LS-6, yang diperkenalkan pada tahun 2006.

Keluarga LS-6 mencakup perangkat bom luncur berpemandu presisi yang kompatibel dengan berbagai bobot: 50 kg, 100 kg, 250 kg, dan 500 kg.

Varian LS-6 seberat 500 kg mencapai jangkauan hingga 60 km saat dilepaskan dari ketinggian 10.000 m.

Bom baru Tiangang menawarkan kemampuan jangkauan yang lebih baik hingga 80 km, sekaligus mempertahankan kompatibilitas dengan sistem yang ada.

Namun jangkauan tersebut masih kalah bila dibandingkan dengan AGM-154 JSOW buatan Raytheon yang memiliki jangkauan hingga 130 km.

Penggunaan bom luncur semakin diminati, seperti yang digunakan oleh Rusia maupun Ukraina dalam perang yang masih berlangsung.

Keunggulan utama bom luncur terletak pada kemampuannya untuk memberikan serangan yang akurat dari jarak jauh, sehingga pesawat pembawa tidak berada dalam jangkauan sistem pertahanan udara lawan.

Sifat modularnya, memungkinkan bom konvensional diubah menjadi amunisi berpemandu presisi, sehingga menawarkan solusi hemat biaya bagi banyak militer.

Selain itu, tanda radar kecil dan waktu terbang yang singkat mengurangi kerentanan terhadap intersepsi, sehingga membuatnya serbaguna untuk berbagai misi. (RBS)

Rangga Baswara Sawiyya

Born of an air force family in Abdulrachman Saleh AFB, Malang. Fascinated with weaponry, automotive and action figures since childhood. The first article about the plane was published in HAI teen magazine when was being high school student. Wrote several articles about weaponry for Pikiran Rakyat newspaper and became a freelancer for Angkasa and Commando magazines from 2008 to 2017. Then joined Airspace Review and being as contributor for Langit Biru magazine since 2017

Recent Posts

Almaz-Antey dan Belarus menandatangani kontrak pemeliharaan sistem pertahanan udara, termasuk S-400 dan Tor-M2

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…

5 hours ago

Inggris mengizinkan Turkiye untuk mengintegrasikan persenjataan buatan dalam negeri ke jet tempur Typhoon

AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…

6 hours ago

Jet tempur KF-21 Boramae akan dilengkapi sistem IFF buatan BAE Systems

AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…

9 hours ago

Spanyol produksi kendaraan tempur FEROX 6X6, berdasarkan lisensi dari EDGE Group Uni Emirat Arab

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…

11 hours ago

Perluas kemampuan serangan jarak jauhnya, militer Estonia akuisisi K239 Chunmoo MLRS dari Korea Selatan

AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…

11 hours ago

Jepang mengakuisisi pesawat latih T-6 Texan II dari Textron, pengiriman dimulai tahun 2029

AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…

11 hours ago