Aviation

Liberty Lifter, konsep pesawat angkut berat jenis WiG dari Aurora Flight Sciences

AIRSPACE REVIEW – Aurora Flight Sciences (anak perusahaan Boeing) merilis video konsep operasional pesawat rancangannya yang dinamai Liberty Lifter. Ini adalah sebuah pesawat jenis Seaplane/Wing-in-Ground Effect (WiG).

Perusahaan mengatakan desain tersebut memiliki keuntungan dalam menggabungkan transportasi ala kapal laut besar dengan kecepatan seperti pesawat terbang.

Dengan konsep yang dapat memaksimalkan efisiensi terbang di permukaan dan menyediakan transportasi angkut berat cepat yang tidak memerlukan landasan udara atau pelabuhan pelayaran khusus.

Video dimulai dengan memperlihatkan kendaraan terbang dalam menggunakan fenomena efek darat (ground effect) yang sangat dekat dengan permukaan laut.

Setelah sampai tujuan, pesawat melakukan pendaratan di air, kemudian mendekati pantai dan membuka pintu rampa belakangnya untuk menurunkan kendaraan amfibi sebelum segera lepas landas kembali.

Liberty Lifter adalah salah satu finalis dari program X-Plane DARPA (Defense Advanced Research Projects Agency).

Kompetisi tersebut untuk menciptakan wahana jarak jauh dan berbiaya rendah yang mampu melakukan pengangkutan berat strategis dan taktis di laut, dengan ukuran dan kapasitas yang serupa dengan pesawat angkut Boeing C-17 Globemaster III.

Sementara finalis lainnya, General Atomics yang bekerja dengan Maritime Applied Physics Corporation telah mengundurkan diri dari proyek ini, karena tak sanggup memenuhi persyaratan dari DARPA.

Dilansir oleh The Aviationist (24/9), persyaratan yang ditetapkan oleh DARPA dalam proyek ini adalah pesawat harus mampu lepas landas dan mendarat di Sea State 4.

Beroperasi secara efisien pada ketinggian kurang dari 30 m di atas permukaan untuk operasi di atas air yang berkelanjutan hingga Sea State 5 (ketinggian gelombang hingga 4 m).

Lalu dapat terbang hingga ketinggian maksimum 3.000 m dan mampu mengangkut muatan besar dengan kecepatan tinggi.

Jangkauan feri mminimalnya sekitar 6.500 mil laut, sedangkan kapasitas kargo harus cukup untuk menampung dua Kendaraan Tempur Amfibi (ACV) USMC atau enam unit kontainer berukuran panjang 6 m. (RBS)

Rangga Baswara Sawiyya

Born of an air force family in Abdulrachman Saleh AFB, Malang. Fascinated with weaponry, automotive and action figures since childhood. The first article about the plane was published in HAI teen magazine when was being high school student. Wrote several articles about weaponry for Pikiran Rakyat newspaper and became a freelancer for Angkasa and Commando magazines from 2008 to 2017. Then joined Airspace Review and being as contributor for Langit Biru magazine since 2017

Recent Posts

Almaz-Antey dan Belarus menandatangani kontrak pemeliharaan sistem pertahanan udara, termasuk S-400 dan Tor-M2

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…

3 hours ago

Inggris mengizinkan Turkiye untuk mengintegrasikan persenjataan buatan dalam negeri ke jet tempur Typhoon

AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…

4 hours ago

Jet tempur KF-21 Boramae akan dilengkapi sistem IFF buatan BAE Systems

AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…

7 hours ago

Spanyol produksi kendaraan tempur FEROX 6X6, berdasarkan lisensi dari EDGE Group Uni Emirat Arab

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…

9 hours ago

Perluas kemampuan serangan jarak jauhnya, militer Estonia akuisisi K239 Chunmoo MLRS dari Korea Selatan

AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…

9 hours ago

Jepang mengakuisisi pesawat latih T-6 Texan II dari Textron, pengiriman dimulai tahun 2029

AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…

9 hours ago