AIRSPACE REVIEW – Drone Forpost-RU Rusia yang tak lain merupakan versi penyempurnaan dari drone IAI Searcher II Israel, telah memainkan peranan penting dalam peperangan di wilayah Kursk baru-baru ini.
Menariknya, dalam misinya tersebut Forpost-RU membawa bom KAB-20, menandai evolusi signifikan dalam peran tempurnya.
KAB-20 adalah bom berpemandu ringan yang secara khusus dirancang untuk dikerahkan dari drone intai/serang seperti Forpost-RU.
Dengan berat sekitar 20 kg, panjang 1,2 m, dan diameter 13 cm, amunisi ini dioptimalkan untuk digunakan pada platform drone yang kapasitas muatannya terbatas.
Amunisi berpemandu ringan ini dapat diandalkan untuk serangan presisi, sehingga memberikan peningkatan kemampuan serangan tanpa memerlukan dukungan udara yang besar.
KAB-20 dilengkapi dengan sistem pemandu canggih yang menggabungkan GPS dengan sensor inersia untuk memungkinkan peningkatan presisi dalam menyerang target.
Teknologi pemandu ini membuatnya sangat cocok untuk menyerang target bergerak atau semi bergerak dengan presisi tinggi, sehingga meminimalkan kerusakan kolateral dan meningkatkan efektivitas serangan strategis.
Jangkauan efektif KAB-20 dirancang untuk menyerang target beberapa kilometer jauhnya dari target. Sehingga drone pembawa tetap berada di luar jangkauan sistem pertahanan udara jarak dekat musuh.
Penggunaan Forpost-RU di wilayah Kursk, khususnya terhadap penyerangan benteng Angkatan Bersenjata Ukraina (FAU) di desa Snagost, menggambarkan dampak taktis platform ini.
Mengenai sejarahnya, Forpost-RU merupakan hasil dari perjanjian antara Rusia dan Israel, yang memungkinkan Rusia untuk memperoleh teknologi drone Searcher II.
Pada tahun 2010, Israel Aerospace Industries (IAI) menandatangani perjanjian dengan Rusia untuk produksi drone berlisensi ini.
Kemitraan ini sangat penting bagi Rusia, yang bertujuan untuk memodernisasi dan meningkatkan kemampuan pengawasan dan pengintaiannya.
Setelah perjanjian awal, produksi dilokalkan di Rusia dengan nama Forpost-RU, versi yang hampir identik dengan Searcher II milik Israel.
Lokalisasi produksi memungkinkan Rusia untuk mendapatkan keuntungan dari transfer teknologi, yang mengarah pada adaptasi dan peningkatan perangkat untuk secara khusus memenuhi persyaratan angkatan bersenjata Rusia.
Untuk kinerjanya, Forpost-RU beroperasi pada ketinggian sedang. Drone mampu bertahan di udara antara 16 dan 18 jam, memungkinkannya untuk melakukan misi pengintaian dan penyerangan dalam jangka panjang.
Dilengkapi dengan mesin piston berdaya 85 ps, drone Forpost-RU dapat mencapai kecepatan maksimum 200 km/jam. Sementara kecepatan jelajahnya berkisar antara 120 hingga 160 km/jam. (RBS)