Angkatan Udara Thailand meluncurkan daftar kebutuhan sistem pertahanan udara, jet tempur, dan drone baru

F-16VUSAF

AIRSPACE REVIEW – Angkatan Udara Kerajaan Thailand (RTAF) dalam buku putihnya yang dirilis pada 29 Februari 2024 mengungkapkan daftar kebutuhan sistem persenjataan baru termasuk sistem pertahanan udara, jet tempur, dan drone.

Buku putih setebal 74 halaman tersebut merupakan lanjutan dari dokumen serupa yang diterbitkan empat tahun lalu dan merinci rencana pengadaan hingga tahun 2037.

Panglima RTAF Marsekal Panpakdee Pattanakul mengatakan, Angkatan Udara Kerajaan Thailan menyadari pentingnya perencanaan pembangunan jangka panjang dan pengeluaran anggaran nasional untuk mencapai nilai maksimal.

Pakar urusan Asia-Pasifik di Australian National University, Greg Raymond, menyatakan pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah Thailand masih terputus-putus. Faktor-faktor seperti ketidakstabilan politik, perencanaan strategis yang tidak memadai, langkah-langkah penganggaran tahunan dibandingkan multi-tahun, dan lemahnya pengawasan sipil yang memungkinkan setiap angkatan bersenjata mengambil keputusan sendiri, kata dia.

Dalam whitepaper terbaru, Angkatan Udara memberikan prioritas pada sistem pertahanan udara jarak menengah yang memiliki jangkauan minimum 30 mil laut dari tahun fiskal 2025 hingga tahun fiskal 2028.

Setelah itu, pada tahun fiskal 2033 hingga 2037, RTAF berencana untuk melaksanakan tahap kedua pengadaan sistem pertahanan udara jarak menengah atau jauh.

RTAF mengincar 12-14 pesawat tempur baru untuk menggantikan jet F-16 dari Skuadron 102 yang berbasis di Korat. Pengadaan ini dijadwalkan berlangsung pada tahun fiskal 2025 hingga 2034, dua tahun lebih lambat dari rencana semula, tulis Defense News.

Dua pesaing telah muncul untuk memenuhi kebutuhan pesawat tersebut, yakni F-16 Block 70/72 dari Lockheed Martin, AS dan Gripen dari Saab, Swedia.

Ketika ditanya apakah RTAF Angkatan Udara Kerajaan Thailand akan mempertimbangkan untuk membeli pesawat tempur Tiongkok seperti J-10CE, Raymond mengatakan bahwa RTAF menghargai hubungannya dengan AS dan pesawat tersebut terlalu mirip dengan F-16 buatan AS.

Dia mencatat bahwa Thailand-AS memiliki hubungan kedua negara yang sebagian besar stabil, meskipun AS telah menolak permintaan Thailand untuk mengakuisisi jet tempur F-35.

Selain dua hal di atas, buku putih baru RTAF menekankan pada teknologi tak berawak. Salah satu upaya yang sedang dilakukan adalah drone bertenaga surya M Solar X yang dikembangkan di Thailand.

Kemudian drone kamikaze juga dijadwalkan untuk dibeli pada tahun 2026, begitu pula dengan drone tempur menengah pada tahun fiskal 2025 hingga 2029. (RNS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *