AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Kemajuan industri pertahanan Iran terutama dalam pengembangan drone sangatlah pesat, berbagai jenis dan kelas drone berhasil dikembangkannya meskipun terkena sanksi dari AS dan negara-negara Barat.
Belum lama ini, tepatnya di minggu keempat bulan Juli 2023 lalu, Angkatan Bersenjata Iran melakukan latihan perang tahunan.
Menurut kantor berita IRNA, 11 pangkalan Angkatan Udara Iran ikut serta dalam latihan “Fadeyan Velat-11” tersebut.
Dilaporkan, lebih dari 90 pesawat dilibatkan termasuk jet tempur, pesawat serang, dan beragam drone Angkatan Udara Iran ambil bagian dalam latihan tersebut.
Nah, di antara drone-drone pengintai dan serang strategis terbaru disertakan pula Shahed 149 Gaza varian upgrade yang mencakup penambahan gantungan baru dan sistem roda pendaratan yang lebih baik.
Drone ini mampu menempuh jarak hingga 7.000 km dengan ketinggian terbang sekitar 11.000 m. Kecepatannya 200 km/jam dan durasi terbang selama 35 jam.
Drone Shahed 149 Gaza diproduksi oleh Iran Aircraft Manufacturing Industries Corporation (HESA) dan diluncurkan pada Mei 2021.
Nama Gaza tidak lain ditujukan untuk menghormati perlawanan penduduk Palestina di Jalur Gaza melawan tentara Israel.
Shahed 149 Gaza mulai beroperasi pertama kali pada April 2022. Drone ini digunakan oleh Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), namun hingga kini tidak diketahui berapa total drone yang telah diproduksi oleh HESA.
Untuk spesifikasinya, Shahed 149 Gaza memiliki dimensi panjang 10,5 m, rentang sayap 21 m, tinggi 3,2, dan berat 3.100 kg.
Diklaim, Shahed 149 Gaza sebagai jawaban Iran untuk MQ-9 Reaper Amerika Serikat, yang memiliki kemampuan untuk membawa hingga 13 rudal dan bom selama misi tempurnya.
Dalam sebuah pernyataan, Komandan Korps Pengawal Revolusi Islam Mayjen Hossein Salami menyebutkan, Shahed 149 Gaza dapat terbang dari Iran melewati Suriah menuju Israel.
-RBS-