AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Pasukan Perang Elektronik (EW) Rusia diakui lebih unggul dibanding pasukan serupa milik Ukraina. Mereka terbukti berhasil menjatuhkan 90 persen drone yang dikerahkan oleh Ukraina untuk melawan Rusia.
Sistem intelijen sinyal TORN dan SB-636 Svet-KU adalah salah satu perangkat sistem yang mendukung pasukan Rusia untuk melacak sinyal radio Ukraina.
Kemudian ada RB-341V Leer-3 yang menggabungkan drone Orlan-10 untuk mengacaukan jaringan seluler dengan pos komando di truk KamAZ- 5350, R-934B Sinitsa radio-jammer, dan R-330Zh Zhitel yang bertugas memblokir jalur satelit.
Forbes mencatat, pasukan perang elektronik Rusia sangat kuat sehingga menyulitkan Ukraina untuk mempertahankan drone mereka di udara.
Sistem perang elektronik Rusia tersebut berfungsi dengan sangat baik ketika operator mereka memiliki banyak waktu untuk menyiapkan dan mengoordinasikan berbagai fungsi.
Itulah sebabnya pasukan EW Rusia sangat menakutkan di wilayah Donbas Ukraina timur, di mana pasukan Rusia dan separatis memegang posisi yang kira-kira sama selama tujuh tahun sejak 2015 hingga perang saat ini yang lebih luas cakupannya, tulis Forbes.
Kesalahan Rusia pada beberapa minggu pertama serangannya terhadap Ukraina, adalah karena batalion-batalion tempur Rusia belum siap dengan pasukan EW. Pasukan Rusia terlalu cepat menyerang dan kemudian mundur.
Hal ini kemudian berubah mulai di bulan Maret dan April, ketika pasukan Rusia yang babak belur usai mundur dari Oblast Kyiv melakukan reposisi di timur.
Pilot pesawat tempur angkatan udara Ukraina adalah yang pertama merasakan efek dari meningkatnya jamming Rusia.
“Ketika kompleks E.W. Rusia mulai dikerahkan secara sistematis, pilot Ukraina menemukan bahwa komunikasi udara-ke-darat dan udara-ke-udara mereka sering macet, peralatan navigasi mereka ditekan dan radar mereka rusak,” ujar sumber yang diwawancarai.
Setelah itu jammer Rusia segera berkumpul di tanah di timur.
“Dengan konsentrasi upaya di Donbas, Rusia mendirikan kompleks E.W. hingga 10 kompleks per bagian depan (13 mil),” kata analis RUSI.
“Secara kolektif, kompleks ini efektif mengganggu navigasi di sepanjang garis depan dan melakukan pencarian arah untuk mengarahkan serangan artileri dan elektronik terhadap pesawat dan UAV Ukraina.”
Sementara itu, brigade dan baterai Ukraina bergantung pada dua jenis drone yang luas untuk menemukan pasukan Rusia, yaitu quadcopter dan octocopter kecil yang melayang serta UAV sayap tetap yang lebih besar seperti Bayraktar TB-2 buatan Turki.
“Saat gangguan Rusia mengacaukan GPS dan memutus sambungan radio, drone itu mulai berjatuhan seperti lalat,” lanjut analis.
Dari sejak itu, drone seperti TB2 pun mulai jarang terekspos lagi.
-JDN-

