AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Pada 14 Oktober 2022 lalu, diketahui sepuluh jet tempur Korea Utara terbang di dekat perbatasan dengan Korea Selatan.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan menyatakan kepada Yonhap bahwa 10 jet tempur itu sudah terdeteksi terbang 25 km di utara perbatasan pada Kamis (13/10) pukul 22.30, kemudian Jumat pukul 0.20 waktu setempat.
Dilaporkan, jet Korea Utara itu terbang begitu dekat hingga menyentuh ‘garis pemantau’ yang dipasang Korea Selatan. Sistem respons otomatis pun menyala.
Korea Selatan lantas mengirimkan sejumlah jet tempur F-35A Lightning ll miliknya, untuk mengusir armada jet Korea Utara tersebut untuk menjauhi perbatasan.
Dalam sebuah pernyataan, Militer Korea Utara mengatakan bahwa tindakannya ini sebagai tanggapan atas latihan artileri Korea Selatan yang provokatif di dekat perbatasan.
Bercerita mengenai jet tempur garis depan AU Korea Utara (KPAAF), maka jauh tertinggal dibandingkan dengan AU Korea Selatan (RoKAF) yang menjadi peseterunya.
Saat ini RoKAF mengoperasikan dalam jumlah besar jet tempur generasi ke-4 Boeing F-15K dan Lockheed Martin F-16C/D serta jet generasi ke-5 Lockheed Martin F-35A.
Sementara KPAAF masih mengandalkan jet tempur generasi ke-4 tergolong gaek yakni Mikoyan-Gurevich MiG-29 yang dipasok sejak Uni Soviet masih berdiri.
Jet berjulukan Fulcrum ini didapat setelah kunjungan pemimpin Korea Utara Kim Il Sung ke Uni Soviet pada Oktober 1986, Moskow setuju untuk memasok selusin jet tempur MiG-29, termasuk juga MiG-23 dan jet serang Su-25.
Tak berhenti di situ, Korea Utara juga terus berusaha memperbesar armadanya dengan memperoleh izin dan bantuan teknologi dari Uni Soviet untuk memproduksinya di bawah lisensi.
Akhirnya lampu hijau diberikan pada 1987, selanjutnya Korea Utara membuka jalur produksi kecil di Kwagsan dan Taechun di provinsi Pyongan Utara di barat laut negara itu.
MiG-29 pertama produksi Korea Utara ini menjalani terbang perdana pada 15 April 1993. Ditengarai, hingga akhir 1990-an sekira 15 jet tempur telah diproduksi.
Hebatnya MiG-29 versi Korea Utara ini dikabarkan kinerjanya sebanding dengan yang dibuat oleh Uni Soviet (selanjutnya Rusia) atau lebih canggih daripada varian ekspor yang dipasarkan seperti ke Irak dan Iran.
Namun demikian, komponen inti MiG-29 masih didatangkan langsung dari Rusia, seperti mesin pancar gas, sistem sensor dan perlengkapan avionik canggihnya.
Tak hanya itu, Rusia dilaporkan juga telah memberi Korea Utara varian lanjutan dari rudal udara ke udara jarak jauh R-77 dan R-27 sebagai senjata pertarungan udara bagi MiG-29 KPAAF.
Namun karena sifat tertutupnya Korea Utara, tak diketahui pasti berapa jumlah total Fulcrum yang dimiliki KPAAF saat ini.
-RBS-

