AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Selama invasi Rusia terhadap Ukraina sejak 24 Februari 2022, di antara peralatan perang udara yang menjadi andalan kedua negara, salah satunya adalah jet serang/pembom Sukhoi Su-24.
Jet yang mengadopsi sayap geometri variabel ini dikembangkan semasa Uni Soviet masih berdiri, atas jawaban lahirnya General Dynamics F-111 buatan Amerika Serikat yang menjadi peseterunya.
Pengembangan jet yang dijuluki NATO sebagai Fencer (pemain anggar) ini dimulai akhir 1960-an dan resmi berdinas sejak 1974. Sekitar 1.400 pesawat dibangun hingga tahun 1993.
Runtuhnya Uni Soviet pada Desember 1991, armada Su-24 sebagian besar dimiliki Rusia sebagai penerus utamanya, disusul oleh Ukraina yang juga mewarisi dalam jumlah besar.
Angkatan Udara Rusia saat ini diperkirakan mengoperasikan sebanyak 80 unit Su-24M2 dan 79 unit versi Su-24MR.
Sedangkan Angkatan Udara Ukraina memiliki 120 Su-24. Namun sebelum invasi Rusia ke Ukraina, hanya 14 unit dilaporkan dalam status operasional.
Selama perang negara bertetangga tersebut, dilaporkan digunakan oleh Angkatan Udara Ukraina menerjunkan Su-24 nya pada jam-jam pertama invasi.
Setidaknya dua Su-24M terlibat selama pertempuran di sekitar langit Bandara Antonov melawan Pasukan Lintas Udara Rusia yang telah menyusup di bandara dengan helikopter.
Selamat invasi, tercatat Angkatan Udara Ukraina harus kehilangan beberapa Fencer-nya.
Pada tanggal 27 Februari, satu Su-24 hilang di dekat Bucha, Oblast Kyiv. Su-24 lain dilaporkan hilang pada 3 April, lalu pada 10 April, SU-24 lainnya dihancurkan oleh pasukan Rusia di Izyum.
Sementara Angkatan Udara Rusia yang selama Invasi lebih mengandalkan jet serang Su-25 dan jet serang/pembom Su-34, belakangan dilaporkan juga menerjunkan Su-24 miliknya.
Hal ini ditunjukkan dengan beredarnya sebuah video dimana Su-24M2 menjatuhkan bom pada ketinggian sangat rendah di atas pasukan Ukraina yang bersembunyi di bawan pepohonan.
Mengenai karakteristiknya, Fencer diawaki dua kru. Berdimensi panjang 22,53 m, rentang sayap terbentang 17,64 m, sayap tersapu 10,37 m, dan tinggi 6,19 m.
Jet dengan berat lepas landas maksimum (MTOW) 43.755 kg ini, ditenagai dua mesin turbojet Lyulka AL-21F-3A.
Dengan performa kecepatan maksimum 1.654 km/jam, ketinggian terbangnya hingga 11.000 m dan radius tempur 615 km dalam misi serangan lo-lo-lo dengan 3.000 kg persenjataan dan tanki bahan bakar eksternal.
-RBS-