China mulai produksi massal J-20B, tapi masih pakai mesin buatan Rusia

J-20BIstimewa

AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – China dilaporkan telah memulai produksi massal jet tempur siluman J-20B Mighty Dragon berteknologi terbaru. Pesawat ini dilengkapi dengan thrust vectoring control (TVC) dan memiliki manuverabilitas yang lebih baik.

Dengan melaksanakan produksi massal ini, China telah menyejajarkan dirinya dengan negara-negara pembuat jet tempur generasi kelima di dunia.

Seperti diberitakan South China Morning Post, upacara peresmian produksi massal J-20B dilaksanakan pada 8 Juli 2020. Acara dihadiri oleh Wakil Presiden Komisi Militer Pusat (CMC) Jenderal Zhang Youxia.

Namun demikian, meski J-20B sudah mengusung teknologi TVC, untuk mesin China masih menggunakan Saturn Al-31FM2 buatan Rusia. Hal ini karena pengembangan mesin WS-15 buatan dalam negeri masih belum rampung hingga saat ini.

China sebelumnya telah mencanangkan pembuatan 50 unit J-20 hingga akhir 2019. Namun target ini disebut tidak tercapai karena mendapatkan kendala dalam pembuatan mesin. Versi lain menyebut, China telah memiliki 20 unit pesawat ini.

J-20 dijagokan Beijing sebagai pesaing F-22 Raptor dari Amerika Serikat. China juga sedang mengembangkan J-31 (FC-31) untuk menandingi F-35, bahkan menyiapkan varian maritim untuk beroperasi di dek kapal induk.

Chengdu Aviation Corporation selaku pembuat J-20B, dilaporkan Forbes, telah menyiapkan empat jalur produksi J-20B di mana satu pesawat ini bisa dihasilkan setiap bulannya. J-20 juga diklaim memberikan kepuasan bagi penggunanya, dalam hal ini PLAAF.

TVC menjadi salah satu teknologi kunci yang diterapkan pada J-20. Dengan penggunaan TVC ini, J-20 dapat disejajarkan kemampuan manuverabilitasnya dengan Su-35S maupun F-22. Kedua pesawat ini dapat memeragakan manuver patukan kobra yang diciptakan oleh Viktor Pugachev menggunakan Su-27.

Sistem penyembur arah mesin (TVC) tiga dimensi, memungkinkan pilot untuk memiringkan nozel mesin jet ke arah yang dikehendaki.

Sebenarnya banyak yang mempertanyakan untuk apa manuver patukan kobra itu. Rusia meyakini, manuver-manuver ekstrem yang bisa dilakukan oleh pesawat tempurnya berguna saat pesawat menghindari rudal maupun dalam pertempuran jarak dekat. Pakem ini jelas tidak berlaku di Amerika Serikat yang lebih mengutamakan radar berkemampuan aktif dan penembakan sasaran menggunakan rudal jarak jauh.

Maka tidak heran, ketika China kemudian mengintegrasikan teknologi TVC pada J-20B, hal ini menimbulkan pertanyaan apakah China mengikuti Rusia dan menjadikan J-20B sebagai pesawat dominasi udara dan bukan sebagai pesawat pencegat? Artikel yang muncul di China berdasarkan laporan Barat memberikan sorotan terhadap hal ini.

J-20B
Istimewa

Meski demikian, ada yang mengatakan juga bahwa batasan itu sebenarnya tidak mutlak hitam putih. Karena, pada saat melaksanakan misi pencegatan, tentu saja TVC tidak akan banyak digunakan. Batasan peran dan kapabilitas ini, tulis Forbes, sempat dibahas dalam beberapa tahun terakhir.

Pertanyaan menggelitik berikutnya, dari manakah China mendapatkan teknologi TVC?

Sebuah tulisan mengingatkan, China pada 2016 telah melakukan pembelian 24 jet tempur Su-35 dari Rusia dan seluruh pesawat generasi 4++ itu kini sudah dioperasikan oleh PLAAF.

Disebutkan, dari situlah timbul dugaan bahwa China telah mempelajari teknologi TVC dari Su-35S yang kemudian diterapkan pada J-20B.

Namun begitu, penggunaan TVC pada pesawat tempur buatan China bukanlah baru kali ini terwujudkan pada J-20B. Karena pada Airshow China 2018, China telah berhasil memamerkan jet tempur J-10B buatan dalam negeri yang telah dilengkapi TVC.

Dengan begitu dapat dikatakan, para insinyur China sangat cepat menyerap atau melakukan “tiruan” terhadap beragam sistem peralatan tempur canggih yang telah mereka dapatkan dari luar negeri.

Roni Sontani

One Reply to “China mulai produksi massal J-20B, tapi masih pakai mesin buatan Rusia”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *