AIRSPACE REVIEW (airspace-review.com) – Banyak orang yang berpikir bahwa menggunakan seaplane (pesawat terbang yang beroperasi di laut) masih belum begitu diperlukan di Indonesia. Padahal, Indonesia justru adalah negara kepulauan di mana belasan ribu pulau terpisahkan oleh laut.
Lalu mengapa sampai timbul stigma seperti ini?
Ada yang berpikir bahwa ongkos menggunakan seaplane akan lebih mahal dibandingkan menggunakan moda transportasi laut.
Jawabnya adalah betul. Bagaimana tidak, dengan menggunakan seaplane kita sudah membayar keselamatan, efisiensi waktu, dan kenyamanan yang jauh lebih baik dibandingkan moda transportasi laut.
Untuk menjangkau suatu wilayah, dengan menggunakan seaplane tentunya lebih cepat. Seperti pernah dicontohkan, jika kita ingin berpergian dari Ambon ke Banda Naira menggunakan speedboat maka dibutuhkan waktu 8 jam.
Dalam waktu 8 jam itu, cuaca bisa berubah berkali-kali sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya hujan badai ataupun ombak sepanjang perjalanan.
Namun jika menggunakan seaplane, maka hanya dibutuhkan waktu 45 menit saja. Artinya, kita sudah menghemat waktu 10 kali lebih cepat dibandingkan moda transportasi laut lainnya. Dengan kata lain, dalam hal ini kita membayar waktu.
Hal ini tentu berkorelasi dengan soal kenyamanan. Dibanding perjalanan di laut selama delapan jam dan menghadapi cuaca yang tidak tentu, penerbangan selama 45 menit tidak akan membuat badan lebih lelah.
Dari tiga aspek tersebut, safety, efisiensi waktu, dan kenyamanan, dapat kita simpulkan bahwa seaplane memberikan manfaat tersendiri.
Siapa yang akan menggunakan seaplane?
Di negeri yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan bentangan lebih 6.000 km bernama Republik Indonesia, sayang sekali jika kita tidak memanfaatkan perairan nasional dengan menggunakan seaplane.
Lalu bagaimana cara menjalankan seaplane?
Menurut Capt. Irwan Ardianto Sunardi yang merupakan pilot seaplane di salah satu operator di Indonesia, adalah dengan cara mengetahui target pasar seperti turis, penerbangan perintis, dan air charter.
Memang, mengoperasikan seaplane harus melakukan kajian terlebih dahulu. Misalnya terkait investasi, asuransi, break event point, keuntungan, dan seterusnya.
Harus dipertimbangkan juga, bagaimana jika bisnis yang direncanakan tidak berjalan dengan mulus. “Semua harus diperhitugkan dengan baik sebelum menjalankannya,” ujarnya.
Apa saja yang harus dipersiapkan?
Bagi operator seaplane, ada beberapa poin penting yang harus dipersiapkan. Menurut Capt. Irwan, hal-hal tersebut antara lain adalah:
Manfaat penggunaan seaplane di Indonesia tentunya sangat tinggi. Terlebih di negeri dengan julukan zamrud khatulistiwa ini sangat banyak sektor pariwisata yang dapat dikembangkan dan menarik minat turis dalam negeri maupun mancanegara.
Dengan adanya seaplane di Indonesia, akan mendorong potensi pengembangan wisata, layanan transportasi udara, dukungan industri perikanan, dan bahkan untuk fungsi pengawasan perairan laut.
Rahmat Kartakusuma
editor: ron
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan udara dan antariksa Rusia, Almaz-Antey Aerospace Defense Concern, telah menandatangani…
AIRSPACE REVIEW - Akuisisi 20 unit jet tempur Eurofighter Typhoon oleh Turkiye, melalui kontrak senilai…
AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…
AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…
AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…
AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…