Mengenal CN235 FTB (Flying Test Bed) Pertama Milik PTDI

CN235 FTBRangga B. Sawiyya

AIRSPACE-REVIEW.com – Setelah lama tak memiliki pesawat CN235 sendiri, akhirnya PT Dirgantara Indonesia (PTDI) kembali mendapatkan pesawat baru yakni CN235 seri 220. Pesawat akan digunakan sebagai wahana uji terbang (Flying Test Bed/ FTB).

Uji terbang perdana CN235 FTB yang masih bernomor registrasi pabrik AX-2301 ini telah sukses dilaksanakan tepat di hari ulang tahun PTDI ke-43 pada 23 Agustus lalu.

Berkisah mengenai pesawat CN235 FTB, PTDI pernah memilikinya yang pertama sebelum krisis moneter melanda Indonesia pada 1997.

Pesawat dengan nomor registrasi PK-XNC itu sempat digunakan untuk pengembangan CN235 versi MPA (patroli maritim). Pesawat dimanfaatkan untuk pengujian perangkat pengintaian dan pengawasan maritim.

Rangga B. Sawiyya

Pada gelaran Indonesia Air Show (IAS) 1996, CN235 FTB turut dipromosikan dan diperkenalkan ke hadapan publik Tanah Air dan mancanegara. Sistem radarnya disimpan dalam kubah di bagian dada pesawat.

Saat IAS 1996, PTDI juga menampilkan versi CN235 MPA pesanan TNI AU yang masih mengenakan nomor registrasi pabrik AX-2314. Bedanya, sistem radar ditempatkan dalam hidung, yang menjadikannya dijuluki Pinokio.

Lepas IAS 1996, pada 1997 pesawat CN235 FTB ini rencananya digunakan untuk uji avionik terbaru. PTDI saat itu sedang terlibat tender pengadaan pesawat angkut ringan untuk Angkatan Udara Australia (RAAF).

Rangga B. Sawiyya

Proyek pengembangan pesawat bersandi CN235 Phoenix tersebut digunakan untuk bertarung melawan C-27J Spartan. Saat itu RAAF akan menggantikan dua skadron pesawat gaek De Havilland DHC-4 Caribou miliknya.

Dikutip dari blog almarhum Toos Sanitioso, pilot uji PTDI yang juga terlibat proyek Phoenix, pada Februari 1995 PTDI diundang untuk melaksanakan demo flight di pameran dirgantara Avalon 1995 di Melbounne, Australia.

Pesawat CN235 Phoenix yang digunakan untuk promosi saat itu disewa dari Angkatan Udara Uni Emirat Arab (UEA). Seperti diketahui, AU UEA memiliki enam pesawat CN235M yang dibeli dari PTDI.

PTDI

Selain mengisi demo terbang di pameran Avalon, CN235M juga unjuk kebolehan langsung di sarang skadron Caribou di Darwin yang bernama ‘Dingo Squadron’.

Diceritakan, CN235M sebenarnya sudah di atas angin. Pilot-pilot Caribou yang ikut menerbangkan CN235M merasa puas dengan kinerjanya.

PTDI

Namun sayang, hantaman badai krisis moneter tahun 1997 berimbas pula terhadap pendanaan untuk PTDI. Program pengembangan proyek Phoenix akhirnya dihentikan.

Semula PTDI akan menggunakan CN235 PK-XNC sebagai wahana uji sistem avionik yang lebih canggih untuk proyek CN235 Phoenix. Penandaan CN235-330 Flying Test Bed pun telah disematkan di bawah jendela kokpit pesawat.

Saat redaksi Airspace Review mengunjungi pabrik PTDI tahun 2007 silam, CN235 FTB dengan corak lapis biru tua-muda di bagian atas dan perut berwarna putih bak ikan hiu itu-sudah di grounded. Terlihat baling-baling pesawat telah ditanggalkan dari mesinnya.

PTDI

Kini dengan hadirnya CN235 FTB baru, PTDI dapat menggunakannya untuk uji beragam sistem dan pengembangan varian lain untuk memperluas pasar CN235. Salah satu yang telah diagendakan adalah proyek CN235 Gunship.

Selain akan digunakan sendiri oleh PTDI, CN235 FTB juga bisa disewa oleh vendor asing yang ingin menjual produk sistemnya untuk keperluan atau penggunaan di Indonesia.

Rangga Baswara Sawiyya

editor: ron raider

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *