Accident

Mencari Heli Mi-17 TNI AD di Antara Pekatnya Hutan Papua

AIRSPACE REVIEW (AngkasaReview.com) – Hampir tujuh hari sejak heli TNI AD buatan Rusia jenis Mil Mi-17 dengan nomor registrasi HA-5138 dinyatakan hilang kontak di kawasan Pegunungan Bintang, Papua hingga kini belum berhasil ditemukan.

Hilangnya kontak heli transpor yang memuat tujuh orang kru dan lima personel anggota Satgas Yonif 725/Wrg sejak Jumat, 28 Juni 2019 itu jelas merupakan keprihatinan mendalam bagi bangsa Indonesia yang baru saja melangsungkan pesta demokrasi.

Hilangnya pesawat transpor militer dengan penumpang anggota militer memang tidak seheboh hilangnya sebuah pesawat transpor sipil yang biasanya mengundang perhatian dari semua kalangan termasuk pemerintah.

Pesawat militer yang hilang atau mengalami kecelakaan biasanya para awaknya akan dikategorikan “gugur dalam tugas” dan penyelesainnya pun akan ditangani secara militer termasuk penyelidikan tentang sebab-sebab kecelakaannya.

Semua pihak jelas berharap Mi-17 TNI AD yang hilang kontak bisa ditemukan dan semua awaknya yang merupakan personel terlatih saat menghadapi accident juga diharapkan dalam keadaan selamat.

Oleh karena itu, tim SAR dari semua unsur yang sedang berusaha keras menemukan lokasi hilangnya heli Mi-17 memang harus bekerja keras mengingat operasi pencarian sudah hampir memasuki hari ketujuh.

Hari ketujuh merupakan batas akhir operasi SAR dan setelah itu operasi pencarian biasanya akan dihentikan atau terus dilanjutkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Istimewa

Lokasi hilangnya Mi-17 yang berada di daerah pegunungan terjal dan bermedan ekstrem serta cuaca yang cepat berubah karena kabut memang menjadi tantangan berat.

Apalagi Mi-17 yang dipastikan sudah berada di darat memiliki cat warna hijau militer sehingga warna kamuflase yang menyatu dengan alam hutan itu akan menyulitkan pandangan visual tim pencari baik dari darat maupun udara.

Tim pencari dipastikan sudah mengerahkan drone untuk mencari posisi Mi-17 dan tinggal menunggu waktu untuk bisa menemukannya.

Sementara tim yang bekerja di darat dipastikan telah melaksanakan operasi penyisiran secara strategis sehingga semua area yang diperkirakan menjadi titik hilangnya Mi-17 bisa terkover secara optimal.

Mengingat pandangan visual baik dari udara maupun darat terhalang oleh rimbunnya hutan belantara dan kabut serta medan yang berat, mungkin pengerahan anjing pelacak bisa membantu proses pencarian para korban.

Walaupun sekali lagi, sulitnya menembus medan berhutan dan cuaca ekstrem tetap menjadi kendala tersendiri.

Istimewa
Istimewa

Anjing pelacak meskipun secara visual tidak dapat mendeteksi lokasi hilangnya heli, tapi dari penciumannya bisa mengenali atau mendeteksi para awak serta penumpang heli melalui barang pribadi mereka.

Tentunya barang-barang pribadi itu bisa disuplai dari keluarga masing-masing atau dari mes tempat para kru heli biasa menginap.

Kalaupun pengerahan hewan berpenciuman tajam ini tidak memungkinkan, kita harapkan upaya-upaya pencarian menggunakan metode lainnya dapat dicapai.

Intinya mencari hilangnya heli Mi-17 di hutan belatantara Pegunungan Bintang, meski butuh waktu dan kerja keras memang harus terus dilakukan sampai heli dan awaknya bisa ditemukan.

Mengingat para awak heli dan juga penumpangnya merupakan putra-putra terbaik bangsa yang sesungguhnya telah mengabdi tanpa pamrih demi persatuan dan kejayaan NKRI.

A Winardi

editor: ron raider

A Winardi

View Comments

  • @admin

    Kenapa tidak melibatkan radar pencitraan jarak jauh "CP SAR" buatan Prof. Josaphat yg saat ini sudah terpasang pada boeing-737 surveiller, cn-235, cessna dan drone....kabut, lebatnya rimbunan pohon dan medan yg ekstrim tentu tidak menjadi halangan 🤔

  • Terima kasih atas usulannya. Tentunya pihak dari TNI yang akan menindaklanjuti bila memang memungkinkan.

Share
Published by
A Winardi

Recent Posts

Jet tempur KF-21 Boramae akan dilengkapi sistem IFF buatan BAE Systems

AIRSPACE REVIEW - BAE Systems telah menerima kontrak senilai 11 juta USD dari Korea Aerospace…

1 hour ago

Spanyol produksi kendaraan tempur FEROX 6X6, berdasarkan lisensi dari EDGE Group Uni Emirat Arab

AIRSPACE REVIEW - Perusahaan pertahanan Uni Emirat Arab (UEA) EDGE Group dan EM&E Group dari…

3 hours ago

Perluas kemampuan serangan jarak jauhnya, militer Estonia akuisisi K239 Chunmoo MLRS dari Korea Selatan

AIRSPACE REVIEW - Estonia dikabarkan mengakuisisi enam peluncur roket multilaras (MLRS) K239 Chunmoo dari Korea…

3 hours ago

Jepang mengakuisisi pesawat latih T-6 Texan II dari Textron, pengiriman dimulai tahun 2029

AIRSPACE REVIEW - Textron Aviation Defense (TAD) pada 21 Desember 2025 mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian…

4 hours ago

Drone hutan: Perang senyap di bawah kanopi pepohonan

Ukraina meluncurkan konsep drone penyergapan yang beroperasi semi-otonom dan mampu bertahan berhari-hari di pepohonan untuk…

8 hours ago

Rencana ‘gila’ Armada Emas Trump: AS akan bangun 25 kapal perang tercanggih kelas Trump untuk dominasi maritim dunia

AIRSPACE REVIEW - Presiden AS Donald Trump meluncurkan rencana militer dan industri ambisius baru, yaitu…

10 hours ago