Black Eagle 50, Drone Intai Sayap Putar Andalan Steadicopter di ISDEF 2019 Israel

Black Eagle 50Steadicopter

AIRSPACE REVIEW (angkasareview.com) – Israel dikenal sebagai negara pionir dalam pengembangan wahana terbang intai tak berawak, dimulai sejak kehadiran drone Tadiran Mastiff sejak 1973. Selanjutnya beragam drone banyak dihasilkan negeri yang berada di Asia Barat ini. Namun, kebanyakan mengadopsi desain sayap tetap, sedangkan untuk tipe sayap putar nyaris tak ada.

Kehadiran drone helikopter baru muncul saat perusahaan Steadicopter berdiri pada 2004. Selanjutnya pada 2006 perusahaan mulai meluncurkan drone helikopter bernama Black Eagle 50. Pengembangannya sendiri terbilang cukup lama, Black Eagle 50 baru ditawarkan pada pameran Eurosatory 2018 di Paris, Perancis.

Dikutip dari Jane’s, Black Eagle 50 memiliki bobot 35 kg, panjang 2,5 m, dan diameter rotor 2 m. Drone dilengkapi mesin berkapasitas 116 cc berpendingin air. Kecepatan terbang mencapai 130 km/jam dengan ketinggian terbang hingga 2.750 m.

Dimensinya yang kompak dan berkemampuan VTOL menjadikannya mudah digeser dan beroperasi dari tempat mana pun baik dari darat maupun dari atas kapal.

Black Eagle 50 sangat cocok digunakan sebagai wahana pengawasan, pengambilan target, dan pengintaian (ISTAR) wilayah darat maupun maritim.

Steadicopter
Steadicopter

Kapasitas muatan Black Eagle 50 mencapai 3 kg. Di antaranya digunakan untuk membawa peralatan misi pengintaian termasuk bola kamera gimbal yang ditanam di bawah dagunya.

Dalam sebuah misinya, Black Eagle 50 dapat terbang secara otonom dengan jangkaun sekitar 150 km dari stasiun kontrol darat (GCS) atau terbang dengan durasi selama 3 jam.

Steadicopter kembali memamerkan Black Eagle 50 dalam pameran pertahanan ISDEF yang berlangsung di Tel Aviv, Israel pada 4-6 Juni lalu . Disebutkan, drone helikopter ini telah diminati para calon pelanggan termasuk mitra asing.

Rangga Baswara Sawiyya

editor: ron raider

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *