Peluang Besar bagi China jika Presiden Trump Hentikan Penjualan Alutsista ke Arab Saudi

F-15SAChristopher McGreevy

ANGKASAREVIEW.COM – Terkait hilangnya koresponden Washington Post, Jamal Khashoggi, di Konsulat Arab Saudi di Turki pada 2 Oktober lalu, pemerintah AS yang menduga Kerajaan Arab Saudi terlibat dalam kasus hilangnya Khashoggi makin murka.

Untuk meminta kejelasan dan tanggung jawab dari Arab Saudi, Menteri Pertahanan AS Mike Pompeo juga telah berkunjung pada Kamis (11/10). Atas kunjungan Pompeo, Arab Saudi berjanji akan melakukan penyelidikan penuh terkait hilangnya Khashoggi.

Namun pemerintah AS yang sudah telanjur kecewa atas hilangnya Khashonggi dan meyakini wartawan yang sangat vokal mengkritik pemerintahan Arab Saudi itu telah dibunuh, mulai mengambil langkah tegas.

Presiden Donald Trump kepada media bahkan menyatakan, AS kemungkinan besar akan menghentikan penjualan persenjataan ke Arab Saudi.

Nilai penjualan senjata produk AS ke Arab Saudi sebenarnya sangat fantastis karena di tahun 2017 Arab Saudi  telah menganggarkan dana senilai 110 miliar dolar AS untuk membeli persenjataan dari Paman Sam.

Tapi keputusan Presiden Trump untuk menghentikan penjualan persenjataan ke Arab Saudi berupa tank, rudal, pesawat tempur, dan perangkat teknologi tinggi ruang angkasa itu masih belum final  mengingat kekosongan penjualan senjata AS  pasti akan segera diisi oleh China serta Rusia.

Oleh karena itu, meski Arab Saudi akhirnya mengakui bahwa Khashoggi telah tewas di Konsulat Arab Saudi di Turki, sanksi yang akan dijatuhkan AS belum jelas bentuknya.

Dalam perdagangan senjata ke Arab Saudi, China dan Rusia memang masih belum bisa bersaing dengan AS yang selalu menerapkan sistem monopoli. Tapi China di tahun 2017 tetap bisa menjual persenjataan ke Arab Saudi dengan nilai total sekira 20 juta dolar AS.

Baca: Arab Saudi Persiapkan Jalur Produksi Taqnia An-132

Jumlah omzet penjualan senjata China ke Arab Saudi memang masih sangat jauh dibandingkan yang telah diperoleh oleh AS. Pada 2017 nilai penjualan senjata AS ke Arab Saudi mencapai jumlah 42.36 miliar dolar AS.

Upaya China untuk bisa menjual persenjataan ke negara-negara Timur Tengah sebenarnya tidak hanya bersaing dengan AS tapi juga Rusia. Arab Saudi sendiri telah memutuskan untuk membeli sejumlah rudal dari Rusia, suatu keputusan yang membuat AS merasa sama sekali  tidak senang. Pasalnya, selain menjual persenjataannya ke Arab Saudi, Rusia juga diperbolehkan untuk mendirikan industri Pertahanan di Arab Saudi.

Akan tetapi, China yang lebih serius bersaing dengan AS untuk menjual senjatanya ke Arab Saudi benar-benar akan mendapatkan peluang besar jika sampai AS benar-benar menghentikan penjualan senjatanya ke Arab Saudi.  Dengan kata lain, walaupun Arab Saudi mendapat sanksi dari AS berupa penghentian penjualan senjata, demi memenuhi kebutuhan persenjataannya Arab Saudi masih bisa mengandalkan pasokan senjata dari China dan Rusia.

Khusus untuk China sebagai negara yang sudah mampu memproduksi beragam persenjataan canggih seperti rudal, tank, pesawat tempur, dan lainnya, jelas akan memanfaatkan peluang itu sebagai bentuk perlawanan perang dagang melawan AS.

A Winardi

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *