Tujuh Generasi Jet Latih TNI AU (Bagian 2 – Era Orde Baru)

Rangga Baswara Sawiyya

ANGKASAREVIEW.COM – Sobat AR, bila sebelumnya telah dikisahkan mengenai tiga jet latih yang didatangkan semasa Republik Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Sukarno (Orde Lama), berikut tiga jet latih TNI AU yang didatangkan semasa pemerintahan Presiden ke-2 RI Soeharto bertahta (Orde Baru).

  1. Lockheed T-33A T-Bird
Rangga Baswara Sawiy

Burung besi buatan Lockheed ini didatangkan ke Tanah Air sebagai bagian program bantuan dari Amerika Serikat dengan sandi Modern Project dengan niatan membantu mempertahankan kualitas pilot tempur Indonesia agar tak makin menurun akibat dari di-grounded-nya semua pesawat tempur buatan Blok Timur.

Total 19 pesawat T-33A T-Bird diterbangkan langsung dari pangkalan Amerika Serikat yang berada di Subic, Filipina. Pesawat diterbangkan dalam empat gelombang mulai April hingga Juni 1973 dan seremoni serah terimanya dilakukan pada 23 Agustus 1973 di Lanud Iswahjudi, Madiun.

Perlu Sobat AR ketahui, Indonesia sendiri sebenarnya tidak gratis mendapatkan T-33A (juga beberapa heli UH-34D) karena harus menukarnya dengan empat buah MiG-21F dalam kondisi bagus. Pesawat MiG-21F diangkut menggunakan pesawat C-141 dari lanud Husein Sastranegara, Bandung menuju Groom Lake, Nevada tahun 1973 dengan sandi proyek Have Idea.

Seluruh T-33A kemudian dimasukkan ke jajaran Skadik 017 (tahun 1978 berganti nama menjadi Skadik 103) Lanud Iswahjudi, Madiun sebagai pesawat latih lanjut dengan registrasi awal A-3301 (A = Advanced Trainer). Sejatinya, kedatangan T-33A tersebut akan menggantikan posisi jet latih L-29 Dolphin, meski kelak hal ini tak pernah terjadi.

Setahun berikutnya tepatnya pada 4 Mei 1974, sebagian T-33A berubah peran sebagai jet tempur yang dimasukkan dalam Satuan Buru Sergap T-33A berdampingan dengan Satuan Buru Sergap F-86 Avon Sabre di bawah satuan organik Kohanudnas yang dikenal sebagai Kosatsergap (Komando Satuan Buru Sergap). Registrasi pesawat kemudian diubah menjadi TS (Tempur Sergap) dimulai dari nomor registrasi TS-3301.

Datang sebagai jet latih, seluruh T-33A semula tak dilengkapi persenjataan apapun. Karena harus berperan sebagai pesawat tempur sergap, akhirnya beberapa pesawat T-33A dimodifikasi oleh Dislitbangau untuk dipersenjatai dengan sepasang senapan mesin kaliber 12,7 mm di hidungnya dan disayapnya bisa digantungi sebuah tabung peluncur rocket FFAR 2,75 inci atau bom seberat 50 kg.

Sebagian T-33A lainnya yang tak bersenjata tetap berperan menjadi jet latih lanjut. Pengabdian T-Bird hanya berlangsung tujuh tahun saja, di mana seluruh pesawat dinyatakan non-operasional pasca-jatuhnya sebuah T-33A di Blitar pada 20 Juni 1980 bertepatan dengan Latma (latihan bersama) antara TNI AU dengan AU Singapura (Elang Indopura 1).

Setidaknya peninggalan empat unit T-33A versi tempur taktis (TS) saat ini masih bisa disaksikan. Sebuah berada di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Yogyakarta beromor registrasi TS-3334. Tiga lainnya dijadikan monumen di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta nomor TS-3321, lalu TS-3326 berada di Lanud Iswahjudi, Madiun dan TS-3333 bertengger di depan halaman Seskoau Lembang, Bandung.

  1. BAE Hawk Mk.53
Dok TNI AU

Sobat AR, semula jet latih T-33A T-Bird akan menggantikan posisi L-29 Dolphin, ternyata hal ini tak terjadi karena L-29 tetap dipertahankan hingga tahun 1983 sedang T-33A sendiri pensiun lebih awal pada tahun 1980. Sebagai pengganti L-29 TNI AU akhirnya memilih pesawat latih lanjut baru Hawk MK.53 buatan BAE dari Inggris.

Di eranya Hawk Mk.53 adalah jet latih lanjut modern yang terkenal memiliki handling yang nyaman serta lincah beranuver. Tak heran bila Hawk Mk.53 kelak juga digunakan sebagai pesawat aerobatik. Gelombang pertama pesawat ini mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta pada 29 September 1980 sebanyak dua unit.

Total Indonesia membeli 20 unit Hawk Mk.53 yang diregistrasi dengan kode LL (Latih Lanjut) mulai dari LL-5301 sampai LL-5320 dan dimasukkan ke Skadik 103. Seminggu selanjutnya, pada HUT ABRI ke-35, Hawk Mk.53 tampil perdana di depan publik dengan flypast bersama L-29 Dolphin yang akan digantikannya terbang di atas langit Jakarta.

Karena memiliki kemampuan serang darat ringan selain fungsi latih lanjut, Hawk akhirnya dimasukkan ke dalam Skadron 15 yang baru dibentuk berdasar keputusan KSAU nomor 03/I/1985 berkedudukan di Lanud Iswahyudi, Madiun. Dengan perubahan fungsi ini pesawat menyandang registrasi baru menjadi TT-5301 sampai TT-5320 (TT = Tempur Taktis).

Pesawat Hawk Mk.53 juga digunakan oleh tim aerobatik Spirit 85 yang tampil perdana pada HUT ABRI 1985, kemudian tergabung dalam Jupiter Aerobatic Team tahun 1997 dan Jupiter Blue 2001. Pasca-jatuhnya sepasang HawkMk.53 (TT-5310 dan TT-5311) dalam latihan persiapan demo udara untuk acara Open Day Lanud Iswahjudi tanggal 28 Maret 2002, maka seluruh kegiatan tim aerobatik dibekukan kala itu.

Belakangan nasib Hawk Mk.53 kurang beruntung dengan diberlakukannya embargo senjata oleh pihak Barat pasca kerusuhan Timor Timur. Kinerja pesawat ini pun makin menurun karena kekurangan suku cadang. Hingga 2010 setidaknya Skadorn Udara 15 masih memiliki delapan pesawat dalam kondisi baik, dua di antaranya masih bisa terbang berkat kegigihan para teknisi Skadron Teknik 042 dalam merawatnya.

Dalam Renstra (rencana strategis) 2005-2009 Mabes TNI AU telah memikirkan calon Hawk Mk.53 dengan mempertimbangkan empat jet latih potensial calon penggantinya. Seperti Sobat AR ketahui, akhirnya jet latih KAI T-50i Golden Eagle buatan Korea Selatan yang akhirnya terpilih sebagai pemenang. Pesawat ini dibeli sebanyak 16 unit dan mulai berdatangan pada 2013.

Setelah purnabakti, setidaknya enam Hawk Mk.53 telah dihibahkan TNI AU untuk dijadikan monumen. Jet berregistrasi TT-5301 dipajang di Koharmatau (Bandung), TT-5305 berada di museum terbuka Lanud Iswahyudi (Madiun), TT-5309 menjadi koleksi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Yogyakarta). Kemudian TT-5312 di Seskoau (Bandung), TT-5314 menjadi monumen di Lanud Haluoleo (Sulawesi Tenggara), dan TT-5316 berada di Pusdiklat Kanudnas (Surabaya).

  1. BAE Hawk 109
Rangga Baswara Sawiyya

Sobat AR, seperti yang telah disebutkan di atas, semasa pemerintahan Presiden Soeharto, TNI AU juga pernah dibelikan keluarga Hawk versi lanjutan (advanced) terdiri dari 34 Hawk 209 bertempat duduk tunggal yang didapuk sebagai jet tempur/serang ringan berkode TT (Tempur Taktis) dan delapan Hawk 109 versi bertempat duduk tandem berkode TL (Tempur Latih).

Hawk 109 tergolong sebagai jet LIFT (Lead-in Fighter Trainer – LIFT), yakni dapat digunakan untuk menempa calon penerbang tempur sebelum mejadi pilot tempur solo serta bisa dijadikan sebagai jet tempur/serang. Untuk itu Hawk 109 juga dapat dipersenjatai dengan beragam pilihan seperti roket, bom, hingga rudal.

Jet ringan BAE Hawk 209 dan Hawk 109 mulai berdatangan ke Tanah Air sebelum Indonesia dilanda badai krisis moneter. Gelombang pertama hadir tahun 1996 dan kedatangan sisanya sempat tertunda hingga baru lengkap tahun 1999.

Hingga saat ini keduanya masih aktif digunakan oleh TNI AU dan  rencananya akan digunakan hingga tahun 2026 sampai usia pakainya mencapai 30 tahun. Seiring dengan itu, TNI AU saat ini mulai mengkaji calon penggantinya. Terkhusus, karena dua skadron yang menaungi Hawk 109/209 yaitu Skadron Udara 1 ‘Elang Khatulistiwa’ dan Skadron Udara 12 ‘Black Panther’ harus punya pesawat pengganti.

RANGGA BASWARA SAWIYYA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *