ANGKASAREVIEW.COM – HDT Global perusahaan penghasil produk militer asal AS, pada pertengahan Januari 2018 lalu mengumumkan bahwa sistem robot rancangan mereka yang dijuluki sebagai Hunter WOLF (Wheeled Offload Logistics Follower) masuk ke fase kedua Program Squad Multipurpose Equipment Transport (SMET) yang diprakarsai Angkatan Darat AS.
Program SMET adalah pengembangan kendaraan darat tanpa awak (Unmanned Ground Vehicle/ UGV) sebagai pembawa peralatan atau logistik untuk meringankan tugas pasukan infanteri dari kelelahan saat berpatroli dengan durasi panjang di medan tempur karena membawa beban berlebihan. Program ini sendiri telah dimulai sejak tahun 2012 silam.
Persyaratan dasar yang ditetapkan dalam program ini adalah menciptakan wahana berupa ‘Robotic Mule’ yang harus mampu membawa beban seberat 450 kg dengan jangkuan hingga 160 km atau beroperasi dalam kurun waktu 72 jam (3 hari penuh). Kendaraan nirawak tersebut juga harus mampu melintasi jalur sempit, lereng terjal dan hutan lebat. Namun ditargetkan harga perunit UGV tersebut tak lebih dari 100.000 dolar AS atau hampir 1,4 milyar Rupiah.
Semula kompetisi ini diikuti 7 peserta, namun pada fase kedua hanya dipilih 4 perusahaan yang wajib membangun masing-masing 20 unit prototype untuk uji lanjutan selama setahun penuh yang akan dilaksanakan di Fort Drum, New York dan Fort Campbell, Kentucky.
Keempat perusahaan yang masuk babak 2 selain HDT Hunter WOLF adalah General Dynamics Land Systems yang berkolaborasi dengan MUTT; Howe & Howe Technologies yang menggandeng Punisher; serta Polaris Defense yang berpasangan dengan Applied Research Associates yang mengajukan MRZR-X sebagai jagoannya. Sedangkan tiga peserta yang tersingkir adalah AM General, Roboteam North America dan QinetiQ.
Baca Juga:
Ini Dia, Bocoran Tanker Tanpa Awak MQ-25 Stingray Buatan Boeing
Lagi, Singapura Perkenalkan Ranpur Baru Berawak dan Tak Berawak
Dalam evaluasi dan uji coba fase pertama oleh AD di Fort Benning-Georgia, kendaraan garapan HDT mengungguli robot Mule dari pabrikan lainnya. Hunter WOLF berhasil menyelesaikan uji ketahanan sejauh 96 km dan hanya menghabiskan waktu sekitar dalam 23 jam. Artinya, kendaraan ini hampir 6 jam lebih cepat dari pesaing lainnya.
Wajar HDT Hunter WOLF mampu mengungguli kompetitornya, karena robot ini tersematkan mesin hybrid, yaitu motor bakar sekaligus elektrik. Saat motor bakar digunakan akan otomatis mengisi (charge) baterai, sehingga ketika bbm habis motor listrik akan menggantikan perannya. Kombinasi mesin hybrid ini bisa di gunakan untuk menempuh perjalanan 160 km atau waktu selama 72 jam.
Soal dapur pacu, Hunter WOLF dilengkapi powertrain hybrid JP-8 dan motor electric yang memungkinkan kemampuan silent drive dan silent watch. Dikendalikan melalui remote control berbentuk joystick, Hunter WOLF mampu mengikuti gerak langkah pasukan. Menerapkan sistem arsitektur modular yang membuat kendaraan ini mudah beradaptasi dengan persyaratan misi dengan beragam peralatan spesifik sekaligus mengurangi biaya siklus hidup.
Fitur kunci Hunter WOLF lainnya adalah penggunaan 6 roda non-pneumatic tires (airlesstire), yakni ban anti bocor dan tahan tembakan. Daya yang dihasilkan motor penggeraknya hingga 130 ps plus generator bawaan sebesar 20 kW yang tak berhenti mengisi ulang baterai penggeraknya sedang tangkinya bisa menampung 75 liter bbm. Kecepatan maksimum 14 km/jam dan bisa ditarik kendaraan lain dengan kecapatan maksimum 50 km/jam dan grade menanjaknya hingga 70 %.
Penguman pemenang ‘Keledai Robot’ pengangkut beban ini akan diputuskan 2019 mendatang dan masuk jalur produksi tahun 2020 dengan total pesanan mencapai 5.700 unit. Selain versi tanpa awak, kelak juga akan dikembangkan versi kombinasi berawak/tanpa awak dan versi otonom penuh tak lagi menggunakan remote control atau dikendalikan operator jarak jauh dengan panduan satelit. (Rangga Baswara)